(Taiwan/ROC) — Taiwan Foundation for Democracy (TFD) pada Rabu (21/11) secara khusus menggelar symposium terkait “Membela Demokrasi: Pengaruh Daratan Tiongkok atas Hongkong dan Implementasi Pencegahan di Taiwan”. Simposium ini mengundang para pakar Taiwan dan Hongkong. Koordinator dari Alliance for True Democracy Hongkong Joseph Cheng (鄭宇碩) mengemukakan bahwa Daratan Tiongkok tidak dapat dipercaya. Mantan anggota parlemen Hongkong Nathan Law (羅冠聰) menambahkan ketika Hongkong kehilangan kebebasannya, maka ia hanya dapat berperan sebagai kota yang melayani Beijing. Ia menganjurkan Taiwan untuk dapat belajar dari pengalaman ini. Salah satu pakar dari Akademia Sinica Wu Rui-ren (吳叡人) mengemukakan bahwa Daratan Tiongkok semakin hari semakin nyata dalam melancarkan serangannya atas Taiwan. Taiwan dianjurkan untuk lebih waspada, dan para pemimpin politik harus semakin bersatu menjaga nilai demokrasi yang ada.
Menjelang pemilu, situasi politik dalam negeri diketahui semakin menghangat. Wu Rui-ren menegaskan kembali bahwa nilai demokrasi harus dipertahankan, terlebih akhir-akhir ini. Karena saat ini di Taiwan sudah muncul “Populis Konservatif”, yang mana mereka melarang diadakannya parade, dan masyarakat Taiwan pun tidak terlalu membicarakannya. Dan bahkan ada yang tidak ingin membicarakan masalah partai, dan hanya ingin mendiskusikan perihal prinsip. Terkait hal ini, Wu Rui-ren merasa seluruh pemimpin partai harus bersatu dan melalui pemilu ini menegaskan kembali akan pentingnya melindungi nilai demokrasi, terlepas dari warna partai masing-masing.
Wu Rui-ren menambahkan serangan yang dilancarkan Daratan Tiongkok di dunia maya atas Taiwan, merupakan krisis terbesar bagi demokrasi Taiwan. Taiwan harus meningkatkan kewaspadaannya, memanfaatkan situasi konflik perdagangan antara Daratan Tiongkok dengan Amerika Serikat, untuk membangun kembali mekanisme pertahanan diri yang semakin baik.
Koordinator Alliance for True Democracy Hongkong Joseph Cheng melanjutkan Partai Komunis Daratan Tiongkok merupakan penganut paham Marxisme dan Leninisme. Mereka jelas tidak akan menyerahkan monopoli kekuasannya. Sehingga Hongkong pun menilai Daratan Tiongkok tidak dapat dipercaya. Memahami strategi yang selalu diterapkan mereka, merupakan hal penting bagi Taiwan dan Hongkong.
Mantan anggota parlemen Hongkong Nathan Law mengemukakan Negeri Tirai Bambu tersebut berharap ingin meniru Singapura, dengan sistim politik yang sangat tertutup, namun memiliki perekonomian yang terbuka. Beberapa pihak menakar, ketika Hongkong kehilangan kebebasannya, maka ia hanya berfungsi sebagai kota yang melayani Beijing. Jika Hongkong tidak melawan, maka hal ini akan semakin menjatuhkan Hongkong. Ia menambahkan Taiwan tentu dapat memetik pelajaran dari pengalaman ini.
